Bagi masyarakat Sumba umumnya dan Sumba Barat khususnya, batu kubur megalitik merupakan warisan leluhur yang harus dipelihara dan dipertahankan.
Kuburan megalitik mudah saja ditemukan, baik di halaman rumah warga maupun di setiap perkampungan adat. Misalnya, di kampung adat Bondo Maroto, Tambelar, Tarung, dan Prairame.
Kuburan batu megalitik juga ada di Kabupaten Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Kabupaten Sumba Timur. Tradisi di setiap kampung hampir sama saja.
Keberadaan batu kubur megalitik lengkap dengan ornamen yang kita jumpai di Pulau Sandelwood ini merupakan lambang kebanggaan atau kebangsawanan atau kebesaran orang Sumba.
Tidak semua orang Sumba mampu membuat batu kubur besar karena membutuhkan biaya yang sangat besar. Puluhan ekor hewan dipotong, seperti ayam, anjing, babi, sapi dan kerbau selama menjalankan ritual adat, mulai dari pemotongan batu kubur, penarikan batu kubur hingga pengerjaan batu kubur. Jumlah hewan yang dibantai berkisar 50-an ekor. Ini belum terhitung ayam dan anjing.
Karenanya, sebelum memulai kerja, pemilik batu kubur beserta segenap keluarga besar harus mempersiapkan diri lebih matang agar pelaksanaan pengerjaan batu kubur berjalan lancar sesuai rencana yang telah disepakati.
Tidak semua batu kubur boleh atau dapat digunakan untuk menguburkan keluarga yang meninggal. Dalam adat-isitiadat setempat, ada sebutan batu kubur `pemali’. Batu itu berkaki empat dan memiliki ornamen.
Model batu kubur seperti itu tidak sembarangan menguburkan keluarga meninggal, kecuali kepala adat atau setaranya, batu kubur raja atau bangsawan, seperti batu kubur raja Loli, raja Loura, raja Kodi dan raja Anakalang.
Sayangnya, seiring perjalanan waktu tradisi budaya ini mulai bergeser dari kuburan batu potong asli ke model kuburan beton. Hal itu karena bahan pembuatan batu kubur mudah diperoleh, seperti semen, besi beton dan pasir. Secara ekonomis kuburan beton lebih ringan ketimbang menggunakan batu potong asli.
Kepada Pos Kupang di ruang kerjanya, Rabu (2/2/2011), Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat, Drs. Saba Cody Poro mengatakan, model batu kubur megalitik yang dimiliki rakyat Sumba merupakan warisan leluhur yang melambangkan kebanggaan atau kebesaran orang Sumba. Kebangsawanan orang Sumba salah satunya tercermin melalui model batu kubur megalitik tersebut.
Sebagai salah satu generasi pewaris, dia merasa bangga memiliki batu kubur. Dia merasa penting untuk melestarikannya.
Saba Cody Poro mengatakan, pembuatan batu kubur megalitik membutuhkan biaya dan tenaga tidak sedikit. Dia harus menyediakan hewan banyak karena semenjak mulainya ritual adat pemotongan, penarikan hingga pengerjaan batu kubur menghabiskan 50-an ekor ternak.
Karena itu, sebelum pembuatan batu kubur, harus dilaksanakan musyarawah keluarga untuk membuat perencanaan matang. Rencana baru terlaksana setelah 2-3 tahun berikutnya.
Ia juga mengakui, batu kuburan megalitik milik rakyat Sumba Barat khususnya dan Sumba umumnya merupakan salah satu aset pariwisata andalan daerah ini. Meski demikian, ia mengaku, sekarang ini telah terjadi pergeseran pembuatan batu kubur dari batu asli ke model kubur beton. Hal itu karena secara ekonomis meringankan keluarga.
Dikatakannya, dewasa ini pemerintah telah mengambil kebijakan melakukan penataan dan promosi asset wisata Sumba, termasuk batu kubur, kepada wisatawan nasional maupun mancanegara agar sebanyak mungkin mengunjungi Pulau Sumba, khususnya Kabupaten Sumba Barat.
kunjungan pagi ini gan ...selamat beraktifitas
ReplyDeletelomba seo yang berhadiah script clickjack untuk meningkatkan earning PPC anda
ReplyDeletenice to see your blog
ReplyDeleteWelcome to a beautiful new week I want to thank you for your visit
ReplyDeletewahh keren..
ReplyDeleteKeep the Faith.always supporting here.
ReplyDeleteDo it Now!Supporting back.
ReplyDeleteFollow Your Dreams.supporting back.
ReplyDelete